Mahkota Kebanggaan




"Rambut itu mahkotanya wanita", begitulah ungkapan yang biasa dikatakan. Tanpa rambut alias botak, penampilan kita akan terlihat aneh, bagai pohon tanpa daun. Dalam perawatannya akan sangat mudah dan praktis, tetapi dapat mengurangi keindahannya. Panas matahari pun akan secara langsung menyengat dan membuatnya terlihat semakin kering.

Walaupun rambutku terbungkus dengan jilbab, pastinya aku ingin rambutku tetap tumbuh dengan sehat dan subur. Memang  perawatannya sangat sederhana, hanya shampooan dua kali dalam seminggu. Namun, Alhamdulillahnya tidak ada ketombe dan rontok yang berlebih.

Pernah sewaktu aku masih kuliah semester 5, kepalaku terasa sangat gatal dan ketika kugaruk-garuk, berjatuhanlah serpihan halus berwarna putih. Hal itu tentu saja membuat tidak nyaman, terlebih dikuti helaian rambut yang berguguran. Kiranya membersihkan dengan shampoo itu sudah cukup, membuat kulit kepala adem dan tidak gatal. Akan tetapi, rambutku tetap saja rontok, dengan sendirinya. Meski kurapikan dengan jari tangan pun, rontoknya tidak berhenti. 'Pasti karena lagi banyak pikiran, karena beberapa tugas dan laporan yang harus dikerjakan,' pikirku.

Betapa panik dan stressnya, ketika malihat gumpalan rambut berada di genggaman tangan. Mengingatkanku pada guru Fisika di SMA, beliau pernah berkata, "jika rambut kita rontok seratus helai perhari, secara terus menerus, maka bisa dipastikan akan mengalami kebotakan dalam waktu kurang dari setahun". Sungguh menyeramkan membayangkan itu. Apalagi rambutku rontok lebih dari seratus helai dalam sehari. Wah, aku tidak mau botak dalam usia 19 tahun.

Melihat rambut berceceran dimana-mana, teman kostanku Ening, menyarankan untuk perawatan ke salon, 'kebetulan ada salon baru yang lagi promosi', begitu ungkapnya. Aku yang sudah tidak tahu harus diapakan lagi nih rambut, mengikuti sarannya. Tetapi bukan sekedar perawatan, juga untuk memangkas rambut.

Berada di salon, sempat membuatku bingung dengan model potongan yang diinginkan, karena kapsternya pun memberikan banyak pilihan rambut pendek melalui majalah-majalah. Dia seperti tidak paham dengan potongan rambut yang cocok denganku.

Setelah kutunjuk salah satu model, yang menurutku cocok, beraksilah si kapster menggunting helaian rambut panjangku. Tetapi anehnya, dia beberapa kali bertanya 'apakah pendeknya sudah sesuai?'. Aku yang membandingkan dengan gambar di majalah, merasa kurang dan minta sama persis seperti modelnya.

Selesai dirapihkannya rambutku, ternyata tampak aneh, berbeda dengan yang aku inginkan. Sempat juga aku protes, lalu disergah Ening, lantaran tidak mau ada keributan.

Sesampainya dikostan, aku merasa benar-benar kecewa. Aku ingin model segi, menyerupai huruf V yang tidak beraturan. Tapi yang terlihat sekarang, bentuk bulat dengan sedikit poni, seperti anak SD menurutku. Membuatku cubby dan merasa tidak pantas dengan wajah seperti itu.

Kejadian itu membuatku menghindari potong rambut di salon baru, dengan kapster baru. Potongan rambut akan berpengaruh terhadap bentuk muka, dan kekurangan dari wajah 'kan dapat tertutupi dengan rambut yang ada. Jadi, kalau salah potong rambut, akibatnya akan mengurangi kepedean juga.


 "Diikutsertakan dalam #TantanganMenulis | Tema : Age-otori."


2 Komentar

  1. Kalau aku malah suka potong rambut sendiri, hehe... Suka serem juga karena kena masalah yg sama gak ilang2: rontok :(

    BalasHapus
  2. Emang lbh puas potong sendiri ya... ;) potongnya jg biasanya klo pas rontok parah sih...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama