Duka Yang Menghampiri

Biarkan duka mengaliri jiwaku hingga menyusup ke relung hampa diriku
'kan kubelai dan sayangi ia bagai bulan mencintai malam, dan tiada pernah khianat pada sang bintang.

Peristiwa telah membentuk sebuah perhatian.
Kesalahan mencuat dari proses perbaikan.
Dari masa ke masa peradaban
tercetus ukuran waktu dan tragedi
telah terjadi, namun perkiraan sebatas kemampuan belaka
tiada sangka dugaan melebihi ambang keyakinan.

Saat air mata dilahirkan, aku melindunginya dari hinaan dan kecaman,
dan kunyanyikan lagu merdu untuk menghiburnya.
Air mata membersihkan debu yang menghalangi pandangku, membebaskan
rasa yang menggencet dada, melepaskan emosi negatif dalam tubuh.
Kuceritakan kisah padanya, air mataku yang bening dan berasa air laut,
ia melahirkan peningkatan terhadap daya pikirku.
Ketika orang-orang melihat kami, air mataku dan aku, mereka memandang dengan kasih dan iba. Menemani dan merindukan kehadiran kami.
Dan setelah air mataku hilang, aku sendiri, tiada seorang datang menemani dan melihat ke arahku.
Dalam lamunan kudengar bisikan penyesalan, "Lihatlah, di sana ada yang terduduk lemas seseorang yang ditinggalkan air matanya."

Saat kulahirkan keringat, aku menyapanya ramah, mendekap dan mengecupnya sayang,
kudendangkan melodi indah untuk menyambutnya.
Keringat mendinginkan tubuhku yang mulai memanas, menjaga kulitku dari keadaan kering,
memompa setiap gerak lajuku untuk berpacu dengan waktu.
Kuceritakan padanya, kisah bahagia pada keringatku, yang sabar dan tekun,
ia telah berjuang bersama langkahku.
Ketika orang-orang melihat kami, keringatku dan aku, mereka memalingkan muka dan tidak peduli.
Tidak seorang pun menyapa kehadiran kami.

Dan setelah keringatku pergi. Dalam kesendirian kusirami kebun buahku dengan air mata dan keringat
yang kukumpulkan.
Hingga musim panen tiba.
Kupetik buahnya yang ranum dan rasanya manis.
Kubagikan pada setiap orang di jalan, tetapi sebagian dari orang-orang itu tidak mau menerimanya, bahkan mereka tidak sedikitpun memandangnya. Namun sebagian yang lain menerimanya dan bersyukur karenanya.

Sebelum matahari terusir dari peredarannya, aku kembali menepi. Memandangi keranjang buah yang tersisa beberapa.
Tidak ada kebanggaan menyelimuti.
Tidak ada kepuasan yang abadi, pun setelah usaha terasa sudah dikerahkan.
Tidak mungkin keberadaan dan kebaikan selalu bisa diterima setiap orang.
Dalam kesendirianku ada suara berbisik, "Tidak ada yang sempurna di dunia ini, bahkan kesalahan pun akan ada diantara kebaikan."  


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama