Stasiun Cilegon |
Terangnya warna langit cukup membuat kulit terasa memanas, namun bunyi "tut..tut..tut" belum juga terdengar sebagaimana jam biasa aku ketahui. Langkahku hampir sampai tempat tujuan, di mana kereta melabuhkan badannya untuk memasukkan atau menurunkan penumpang sesuai tujuan masing-masing.
Jika sebelumnya pada jam pemberangkatan, akan nampak deretan kendaraan bermotor tengah mengantarkan si pembonceng dan beberapa pedagang juga tak mau kalah mengisi area masuk stasiun. Kali ini sedikit berbeda, melihat sepinya orang berdatangan menimbulkan kecurigaan dalam hati. Dan setelah melihat loket pembelian karcis, memang benarlah sesuatu baru terjadi.
Depan loket |
"Pak, kereta berikutnya berangkat jam berapa?," Tanya seorang bapak paruh baya.
"Jadwalnya yang udah ditempel itu," Ujar petugas sembari menunjuk teralis jendela yang membatasi dia dengan bapak calon penumpang.
Selesai melihat-lihat beberapa tempelan jadwal, Bapak itu terlihat galau untuk kemudian berunding dengan teman yang sedari tadi di dekatnya dan terjadilah diskusi panjang. Rupanya hal itu pun dialami oleh beberapa orang lainnya, kebingungan akan perubahan jadwal per tanggal 01 April 2017.
Tentunya awal peraturan ini membuat para pengguna jasa kereta api agak berat menyesuaikan, karena sebelumnya terbiasa dengan pemberangkatan rute dari Merak-Jakarta dan beroperasi dua kali sehari (pagi dan siang). Sedangkan yang diterapkan sekarang, penumpang harus rela transit di Rangkasbitung apabila tujuannya melanjutkan ke Jakarta. Padahal, perbedaan pemberangkatan di Rangkas pun harus diperhitungkan mengingat jarak tempuhnya lebih dari dua jam.
Jadwal Pemberangkatan Cilegon-Rangkas, Rangkas-Jakarta |
Munculnya kebijakan tersebut disertai oleh mula beroperasinya kereta rel listrik (KRL) atau Commuter Line, rute dari Raskasbitung-Jakarta. Barangkali untuk memudahkan sistem dan lebih meluaskan jaringan yang terhubung (seperti signal :)). Sejauh ini KRL memang sudah menguasai daerah Jabodetabek, bermaksud memodernisasikan angkutan perkeretaapian. Sementara kereta yang biasa aku andalkan dari Cilegon masih Ekonomi-AC, di mana panasnya cuaca di luar mampu mengalahkan sejuknya duduk di dalam.
Meski sudah disosialisasikan, saat ini pemberitahuannya belum banyak tersebar di masyarakat pengguna setia kereta api. Bahkan ada yang bingung memikirkan, betapa repotnya bila berbelanja dari Tanah Abang akan mengangkut banyak barang disertai menahan sakitnya pundak, terlebih rute yang mengharuskan transit. Melelahkan untuk naik-turun kereta. Akan tetapi, warga Merak, Cilegon, Serang dan sekitarnya perlu membiasakan dan tetap bersabar menerima cobaan itu hingga waktu nanti terbayar dengan suksesnya pengembangan KRL Merak-Jakarta.
Masjid Agung Cilegon |
Karena jadwal keberangkatan kereta berubah, maka kuputuskan balik arah dari rencana semula menuju masjid dari Utara stasiun. Mudah-mudahan doaku di sana cepat terkabul. Aamiin...