Surat Dari Diri Yang Lain


Harapku ingin kau selalu baik-baik. Baik jiwa pun pikiran, jauh dari keadaan tidak menyenangkan. Niat dan do'a setiap waktu menyertai, kata-kata menenangkan mengiringi, serta hiburan untuk mendamaikan diri tidak lupa disematkan. Jadi, tak usah kau risau tentang kepedulian seseorang atau pendapat dia, yang bisa jadi menyakiti. Hanya, selalulah pastikan jalan pilihanmu adalah benar.

Aku menulis surat ini di kala embun belum tercemari, agar kau rasakan sejuknya udara yang belum menghirup debu dan pikiran pun dapat menerima pasrah atas jiwa tenangmu. Sejenak, jernihkan dirilah bersama alam, mensyukuri sekeliling dulu sebelum melangkah meninggalkan jejak-jejak kaki.

Dengan membaca tulisan ini, janganlah membebani atau merasa tersinggung, sebabku hanya ingin kau mengingatnya di kala tak mampu bertahan. Sepanjang perjalanan kita, antara pikiran, perasaan, dan pilihan kadang berada di jalur berbeda, dengan argumen saling beradu, mencari kekuatan masing-masing, hingga kegalauan menjadi penyeimbang. Sekarang, marilah berdamai.

Di suatu masa, saat kita seperti amoeba. Terbagi arah meski masih satu yang dihadapi. Hati, pikiran, tindakan serta ucapan tidak selaras sehaluan, terkadang hadir rasa tersakiti lalu menampakkan amarah. Mungkin di lain waktu, akan juga sekedar sedih namun parahnya apabila keputusasaan menjangkiti, walaupun sebenarnya bukan maksud tujuan di awal. Bila demikian, menyendiri menjadi obat bagimu menemukan jati diri hingga menyembunyikan sakit hati. Walau tidak selalu efektif, karena buktinya penyesalan tetap menggelayuti.

"Maaf" adalah kata terakhir terucap untuk membasuh lukamu, sekaligus sebuah kesempatan mengubah pandanganmu. Setelah jiwa dan pikiran kembali, kita pun menjadi satu raga, bersama merancang ulang untuk melanjutkan hidup.

Akan ada suatu keputusan membingungkan, entah langkahmu harus maju, mundur atau menetap, menjadi penentu akibatnya di kemudian nanti. Tetapi, semakin keraguan menguasai maka tidak akan ada lagi yang dapat dilakukan karenanya. Dan, menetap membuatmu tidak bertindak atau tumbuh bersama perubahan. Sedangkan pada saat-saatmu ada juga muncul monster menggerogoti satu persatu naluri murni dalam diri, menarikmu masuk jurang kenestapaan.  

Namun bila kesempatan membuat maju dirimu, hanya keyakinan dan harapan 'kan setia menemani, menjadi bodyguard di antara bait ayat-ayat yang kau lafalkan. Sementara, langkah mundur laksana memanen buah yang belum masak. Tetesan peluh dan tangis sekedar hiasan sementara, agar setiap warna dunia kau kenal dengan seksama. Tiada seorang pun yang tidak mungkin membuatmu bersedih, bahkan diri sendiri pun bisa menjadi penyebabnya (kesedihan). Namun, jalan itu (pilihan) telah menunggu hingga harus kau lalui dengan penuh tanggung jawab sampai akhir. Bahagia pasti kau dapati setelah beragam kendala kau hadapi.

Maka, ingatlah selalu bahwa hadirmu ke dunia mempunyai misi penting. Hati dan pikiranmu janganlah sampai menjauhi penciptamu, hanya Allah SWT tempat kembalimu atas segala sesuatu yang kau alami selama ini. Entah baik atau buruk, Dia saja yang harus selalu kau ingat, sehingga kau pun akan senantiasa dijaga oleh-Nya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama