Surat Semasa Wabah Menggerogoti Keadaan

Seingatku, kau datang bersamaan dengan konflik-konflik internasional yang sempat meresahkan semesta raya. Munculmu dari negeri tirai bambu, China asal SARS ditemukan pada 2002 lalu. Selang tujuh belas tahun kemudian, di penghujung tahun, tepatnya Desember 2019, kau ditemukan warga Wuhan dalam wujud baru. Awalnya diprediksi penularan dari kelelawar atau dari pasar binatang di sana, namun dugaan kemudian berubah menjadi buatan manusia dari laboratorium. Entah mana yang benar, belum ada fakta terbukti.

Image

Bentukmu menyerupai mahkota, terdapat semacam duri di permukaannya, jadilah kau dinamai corona yang diambil dari bahasa Latin, berarti "mahkota". Dan untuk melabeli tipemu, maka nama Covid-19 pun praktis disandang sesuai tahun lahirmu.

Penyebarannya tak terkendali hingga semakin meluas. Satu persatu korban mulai terjangkit, tumbang hingga tidak sedikit harus meregang nyawa dalam pesakitan. Layaknya wabah menular, kau menyebar ke berbagai penjuru bumi, tanpa pandang bulu, kasta atau negara. Hampir seluruh belahan dunia terjangkit virus yang kau bawa. Di negaraku, kau berhasil masuk awal Maret 2020, yang mulanya tak disangka maupun menaruh curiga, bahkan banyak yang memandang sebelah mata dengan respon ala jagoan. Lalu, seiring waktu kau menyebar bagai benih bertaburan, menyulut aneka gejolak dan kebijakan atasmu.


Ternyata, kendalimu sanggup membuat berbagai situasi berbalik arah, banyak acara dan event penting tertunda bahkan batal, peristiwa lainnya seolah debu di musim hujan. Penyebaranmu semakin merajalela, mengakibatkan anak-anak yang mulanya dijadwal mengikuti ujian kelulusan, harus batal dan terpakssa dirumahkan sejak Senin, 16 Maret lalu. Menunda Ujian Madrasah (UM) yang tengah berlangsung, dengan melanjutkan pembelajaran dari rumah melalui daring, sampai waktu yang hingga kini masih berubah-ubah. Sebelumnya menunggu 14 hari #dirumahsaja, kemudian berlanjut hingga akhir Mei 2020. Namun keputusan tersebut bisa berganti sesuai situasi dan kondisi yang ada. Akhirnya, ujian pun ditiadakan. Tak terhitung lagi banyak kerugian yang kau timbulkan, dari psikis, materi maupun korban jiwa.

Jujur, sejak pemerintah menghimbau agar seluruh masyarakat #dirumahsaja alias tidak melakukan aktivitas di luar, semuanya tidak akan bisa berjalan dengan mudah. Setiap orang memiliki profesi dan kebutuhan berbeda-beda, begitupun dengan situasi yang kualami, entah sebab tuntutan atau paksaan namun keprihatinan kurasakan juga.

Jika menanyakan iba atau kasihan, bukan hanya para pencari nafkah saja yang mengalami, terlebih para pahlawan kemanusiaan yaitu tenaga medis. Adalah adikku salah satu tenaga medis yang tengah berjuang menangani pasien corona. Ia harus rela terpisah dari keluarga dan memilih kost sendiri, walau menyimpan khawatir diusir warga sekitar bila tahu profesinya di rumah sakit, seperti dialami oleh rekan lainnya.

Akan tetapi, hal itu untuk menghindarkan keluarga terhadap resiko penularan virus. Selain itu, ia harus menahan hawa panas, lapar, haus, dan perasaan tidak enak lainnya ketika mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), serupa kostum astronot. Ada lima lapis harus ia kenakan, dari baju, sarung tangan, sampai masker melekat bagai karet dan mau tak mau mesti ditahannya selama 6 hingga 8 jam. Pusing, mual dan gejala ingin pingsan ia alami, keringat juga berkucuran, namun tetap taat mengikuti instruksi dengan tidak melepasnya meski waktu shalat sekalipun.


Kurasakan begitu banyak pengorbanan mereka untuk menolong setiap penderita corona agar sembuh dan sekuat tenaga bisa mengurangi jumlah pasien yang jumlahnya meningkat. Betapa keras usaha pemerintah untuk menekan, memberantas serta memutus rantai penyebaran virus corona. Kenyataan bahwa tidak ada yang ingin dijemput maut sebab corona, berdampak pembedaan pada umumnya pemakaman. Hal itu menjadi simalakama bagi pejuang keadaan, walau ada juga mengambil keuntungan.


Banyak orang berbagi bantuan, baik tenaga maupun dana. Beragam tips mengatasi corona pun coba dipraktikkan, mulai dari jamu-jamuan, obat-obatan hingga vaksin racikan berbagai negara guna menyembuhkan pasien corona terus diuji coba. Namun hingga kini, belum terlihat jelas mana yang memang mujarab untuk setiap pasien terpapar. Sedangkan para pasien sembuh, pengobatannya berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing.

Barangkali adikku beserta orang-orang pencari nafkah harian, atau aku sendiri, bagian dari korban keadaan, tanpa bisa menghindar atau meninggalkan yang saat ini harus dilakukan. Jadi, bukan tidak patuh aturan, apalagi mengabaikan kesehatan. Tidak seharusnya saling menyalahkan di saat seperti ini, justru sebaiknya bahu membahu membantu dan sebisa mungkin menjaga satu sama lain. Barangkali dengan kita saling menguatkan dan mengingatkan, semua doa dan harapan akan dikabulkan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman : "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Al-Insyirah : 5-8).

Virus corona, cukuplah kau berpengaruh di muka bumi dan segeralah berhenti menakuti. Izinkan kami tenang beraktivitas lagi, menjalin silaturahmi bersama sanak famili, serta dapat memenuhi masjid-masjid dengan para jama'ah yang rindu beribadah. Maaf bila hadirmu akibat lalainya kami, semoga banyak hikmah didapat atas virus yang kau tebarkan selama ini.

Semenjak kau mengambil alih situasi, seluruh dunia seakan tunduk dan waspada terhadap pergerakanmu, sehingga jalanan pun sepi dari polusi, cuaca menjadi cerah tanpa kontaminasi. Kau menahan kami tidak boros melainkan banyak bersedekah. Perhatian kami terhadap kesehatan terus dijaga baik. Bermacam kerinduan kami pelajari, akan waktu yang teramat berharga serta jarak adanya kesempatan.  



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama