Di batas usia, kau tenteng segenggam manisan
dibeli dari penjual kemenyan dengan mimik kasian
Tiap kali orang bertanya, "Akan kau apakan manisan itu?"
jawabmu selalu sama, tenang
bagai danau di desa tetangga, "Untukku
jadikan sesajen di altar rumah."
Penuh perhatian, sepanjang jalan kau jaga selayaknya belahan jiwa
Hati-hati, kau lindungi dari terik dan lelehan keringat
nyaris, bercampur bersama bersihnya manisan.
Untung tanganmu cekatan mencegah
Sesampai di rumah, segera kau pindah
manisan dalam tempayan besar
sembari memastikan, bahwa manisanmu belum terkotori
dan tetap suci sewaktu pertama beli
Di sunyi malam,
sayu matamu memandang manisan depan altar
Perlahan. Bulir kristal menyamarkan penglihatan
Sesaat. setelah gigitan demi gigitan
manisan kau rasakan di lidahmu
semakin menjadilah.
Matamu tergenangi. Mengguncang tubuh
lemahmu. Di tampung tempayan
Kini, baru kau sadar
manisan terlanjur bercampur debu dan kotoran
hingga berhasil menguras air
dari tubuhmu. Aneh,
kekuatan kau dapati sempurna
kuat bagai baja dan berani
bagai Srikandi.