Mencipta Karya Demi Daerah Tercinta

Dok. Pribadi
Senin siang (29/08/2016), pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) XII Tingkat Provinsi Banten, ditutup dengan hasil yang sanggup mengobati kecewaku. Pasalnya, sejak pembukaannya pada Kamis, 25 Agustus lalu, baru hari ini saya bisa berkunjung ke Lapangan Hellypad PT. Krakatau Steel, tempat di mana pameran berlangsung.

Kusempatkan diri menengok kemeriahan pameran yang diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa Provinsi, selesai dari tempat kerja. Kukira kehadiran di acara penutupan ini merupakan moment yang tepat, melihat padatnya pengunjung masih penasaran akan beragam teknologi canggih dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumya, temanku berkunjung di minggu malam bersama keluarganya, menyaksikan langsung demonstrasi alat-alat teknologi karya anak bangsa, seperti : pesawat drone kapal selam yang dapat digunakan di dalam air, alat pengupas kulit kacang kedelai, alat pemipil jagung, alat pembuat sosis, robot pemadam kebakaran, bio gas dari kotoran sapi, dan lain-lain. Pastinya, teknologi yang diciptakan merupakan produk yang ramah lingkungan dan mudah digunakan.




Dok. Pribadi

Menurut informasi yang didapat temanku dari seorang penjaga stand, pameran akan ditutup pada hari itu. Namun, melihat berita di koran maupun internet bahwa pameran berlangsung selama lima hari menjadikan saya tetap datang dan membuktikannya sendiri. Di panggung utama banyak pengunjung menempati bangku yang disediakan, mayoritas pelajar tingkat SLTA, tengah santai menyaksikan serah terima beasiswa dari Politeknik Cilegon serta undian berhadiah liburan ke Singapura bagi pengunjung beruntung yang identitasnya terpilih dalam kotak rejeki berkah.

Pameran memang sudah berakhir, stand-stand yang diawal berjejer sejumlah ratusan, tersisa satu dua saja memajang alat inovasinya untuk dilihat terakhir kali oleh pengunjung. Ada sedikit kecewa, hanya melihat produk dari daerah tertentu yang bisa saya ketahui. Meski demikian, saya menyadari perubahan-perubahan yang dialami kota kelahiranku ini, salah satunya dalam kemajuan teknologi dan informasi.

Mengetahui, segala perkembangan informasi publik maupun kabar dunia berlangsung super cepat setiap detiknya melalui internet dan sosial media, maka Tb Iman Ariyadi selaku Wali Kota Cilegon mulai merintis Smart City. Ke depannya, Kota Cilegon diharapkan dapat menciptakan tatanan kota yang memudahkan masyarakatnya untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Tugu Baja (Dok. Pribadi)

Adapun yang menjadi alasan ditunjuknya Kota Cilegon sebagai tuan rumah untuk Gelar TTG tahun 2016, menurut Gubernur Banten Rano Karno, saat acara pembukaan, "Kota Cilegon memiliki potensi SDM lokal yang cukup besar, selain terkenal sebagai Kota Industri, Kota Cilegon juga merupakan Kota Transit antara Pulau Jawa dan Sumatera."

Jujur, setelah bertahun lamanya meninggalkan tempatku dibesarkan demi merantau menimba ilmu pun pengalaman, sekarang saya melihat kota ini menjadi begitu indah; tata kota terlihat semakin rapih dengan adanya jembatan penyebrangan dan pagar pembatas, pedagang kaki lima (PKL) tidak lagi berjejer di sembarang tempat, terciptanya batik Cilegon bernama Batik Krakatoa, berdirinya landmark kota Cilegon (tugu baja), serta berbagai inovasi lain bermunculan baik berupa kuliner maupun alat teknologi.

Keinginan Bapak Iman menjadikan Kota Cilegon sebagai Smart City, tentulah harus didukung oleh berbagai pihak. Dalam hal ini, peran serta masyarakat menjadi sangat penting karena melalui smart city, kami dapat memanfaatkan fasilitas yang ada secara optimal sebagai pusat informasi sekaligus promosi hasil cipta TTG Kota Cilegon yang kreatif dan inovatif.

Dok. Pribadi
Dalam TTG XII ini, setiap daerah dari masing-masing kabupaten/kota provinsi Banten menonjolkan produk-produk kebanggaannya. Diantara inovasi daerahku menampilkan batik Krakatoa Cilegon, menjadi ajang promosi sekaligus guna melestarikan budaya masyarakat Banten. Di mana mempunyai motif berbeda dari batik-batik yang sudah ada, karena diambil dari kearifan lokal masyarakat Banten. Terdapat sekitar 50 motif unik dengan variasi warna cerah diantaranya; motif Gunung Krakatau, Pelabuhan Merak, Cilegon Kota Industri, Bandrong Lesung, Masjid Agung Cilegon, Sate Bebek Cibeber, Kue Gipang, dan lain-lain.

Dengan corak beraneka ragam, diharapkan Batik Krakatoa dapat dipakai oleh berbagai kalangan, orang tua maupun kalangan muda. Tentunya menjadi kebanggaan tersendiri tatkala memilliki dan menggunaan sesuatu (barang) yang berasal dari daerah asal, sebagai sebuah usaha melestarikan warisan budaya. Terlebih batik telah mendunia sebagai pakaian tradisional bangsa Indonesia, sehingga tidak asing lagi bila tiap-tiap wilayah di Indonesia menciptakan batik sendiri namun dengan ciri khas yang disesuaikan daerah asalnya.

Selain bertujuan untuk melestarikan kearifan lokal, Batik Krakatoa lahir sebagai wujud kepedulian serta kesadaran akan sulitnya mencari kerja. Kemudian didirikanlah Sanggar Batik Krakatoa Cilegon, bekerja sama dengan Yayasan Suara Hati Kita membina serta membekali ibu-ibu rumah tangga dan anak putus sekolah di lingkungan sekitar dengan pelatihan-pelatihan dalam membatik untuk kemudian diberdayakan. Selain terbantu dari segi perekonomian secara otomatis masyarakat pun kini memiliki keahlian, dalam hal ini membatik.

Dok. Pribadi
Tidak sampai di situ, supaya Batik Cilegon tak lekang peradaban maka Sanggar Batik Krakatoa pun membuka pelatihan singkat untuk mencanting. Banyak pelajar dari berbagai tingkat sekolah tertarik mengikuti kursus singkat ini, sehingga mereka jadi tahu proses membatik dan dapat melihat langsung tahapan dari mulai membuat pola, pewarnaan, perebusan hingga penjemuran. Semua dilakukan secara detail juga teliti oleh tangan-tangan ahli dan terampil agar menghasilkan kualitas terbaik. Kerja keras pun tidak sia-sia sejak berdirinya pada tahun 2014, kini Batik Krakatoa telah dikenal masyarakat luas dan pemasarannya telah merambah hingga luar kota.

Hadirnya Batik Krakatoa merupakan wujud kecintaan terhadap budaya lokal yang harus dilestarikan agar kelak dikenal dan dapat dinikmati oleh generasi penerus. Satu lagi yang menambah kebanggaanku terhadap daerah tempat tinggalku, atas suksesnya Gelar TTG XII di Kota Cilegon.

http://www.radarbanten.co.id/kota-cilegon-jadi-juara-i-ttg-xii-tingkat-provinsi-banten/
Foto bersama Wakil Wali Kota Cilegon di acara Penutupan TTG XII

Sebagai tuan rumah, berhasil melampaui target pengunjung yang semula 7 ribu orang, mencapai 10 ribu orang perhari sehingga menjadi keuntungan pula dari segi finansial. Di samping itu, Kota Cilegon berhasil menjuarai berbagai kategori pameran yang berlangsung sejak hari Kamis hingga Senin itu. Yaitu Juara I sebagai TTG Unggulan Terbaik, Juara II sebagai stand peserta terbaik, dan kabar baik yang membuatku sangat terkesan adalah Kota Cilegon berhasil sebagai Juara Umum se-Provinsi Banten. Tepukan tangan meriahpun kuhadiahkan mewakili rasa syukur dan gembira yang menyeruak dari hati.

Dari banyaknya terobosan yang dilakukan daerahku, membuatku ingin turut melakukan sesuatu demi terwujudnya Smart City yang dicita-citakan oleh Bapak Iman. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, saya dapat mempromosikan Kota Cilegon melalui media sosial dalam bentuk tulisan maupun gambar. Jadi semakin sering berkarya, maka semakin bertambah pula pesona yang ditampilkan untuk Indonesia penuh warna.



Sumber :
- http://newsmedia.co.id/2016/08/25/pameran-ttg-tingkat-provinsi-cilegon-rintis-konsep-smart-city/



Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

3 Komentar

Lebih baru Lebih lama