Jika dalam raga hampa rasa, akankah sebuah hubungan terjalin syahdu? Mungkinkah warna menghias dinding jiwa tanpa reka? Dapatkah harmonis komunikasi teruntai ringan demi pengharapan, bukan sebab keterpaksaan?
Apabila dua insan coba dikenalkan, hanya ada siapa dan bagaimana. Namun prosesi obrolan, cukuplah mewakili seperti apa jalinan antara keduanya. Gambaran masa depan andaikan terjadi kesepakatan mulai terbayang di pikiran, hingga menelusup melalui perasaan.
Indah akan mewarnai ketika memang sesuai idaman, pengisi ruang kosong hatinya yang sejak lama didamba, telah berwujud tiada khayal lagi. Kiranya akan lebih mudah menjalani, menapaki langkah demi langkah, melewati tahapan rintangan hingga menyatu dalam sucinya ikatan. Bukan karna dia baik atau tidak baik untuk siapa, tapi bila dua jiwa tlah saling bertaut rasa, segalanya akan bicara tentang cinta.
Tetapi, kenyataan kadang menghalangi. Bahkan mimpi pun selalu dapati celahnya dan sempurna tiadalah dalam bentuk penglihatan semata. Bentuk rasa tak dapat dikelabui ketika si dia tak sampai menyentuh hati, terlebih menorehkan nama. Sekedar tahu namun tidak memahami, bahkan kata-kata tak terkandung makna kesungguhan.
Sungguh, bukan kehendak diri ingin memilih tetapi hatilah yang menolak atau menerima. Hanya torehan luka lah yang akan didapat pabila mengabaikannya tetap dipertahankan. Kini, tinggal pilihan untuk melanjutkan perjodohan yang tak diharapkan atau memantaskan diri untuk menyambut jodoh idaman. Karena setiap kita tidak pernah tahu siapa dan bagaimanakah "dia".