Jarum jam di tangan sudah menunjuk angka sembilan dan angka tiga, sesaat kusadari banyak lampu padam dan bangku kosong dibiarkan begitu saja. Sementara dua sampai tiga cahaya kecil menerangi deretan meja di ujung ruangan yang memiliki sekat ini.
Kulangkahkan kaki menuju sumber cahaya, namun tak ada seorang pun di sana sehingga kuputuskan mematikan semua lampunya. Tiba-tiba... "Srrkk... Ssrrkkk".
Mataku yang siweur karna kelamaan di depan monitor menangkap bayangan melintas. Sontak saja ingatan cerita "penunggu gedung" membuatku mempercepat langkah menuju pintu keluar, tanpa menoleh lagi.
"Eh, jangan buru-buru. Ini mapnya ketinggalan," Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundak dan sukses membuat jantungku melonjak.