Jejak tinta telah tertoreh di lembaran kertas, mengukir huruf-huruf menyambung kemudian berkumpul hingga membentuk koloni kata. Banyak ungkapan terpatri di sana, dibubuhi makna yang kau tujukan untuk pikiran dan perasaan. Ada petualangan serta pengalaman, mengisi satu persatu lekukan berjarak itu, mencipta kesatupaduan hubungan di antaranya.
Sedikitnya 14.631.984 kata, kau habiskan untuk menggambarkan segala yang menimpa. Bermacam rasa menjadi warna, melukis sebuah cerita, menampakan lakon dan gaya, mengarahkan terhadap realitas yang ada. Seluruhnya usaha kau curahkan tanpa drama mendayu, meski sisimu yang lain terus berganti peran.
Dalam diri ada dua sisi berlawanan. Mereka bersemayam untuk saling memenangkan, bertaruh akan baik dan keliru, mempertentangkan iya atau tidak. Mereka kadang mengacau di pikiran, membuat diri terjebak dalam gelisah tak keruan. Mereka akan otomatis kembali ke persembunyian, apabila pilihan telah diputuskan kemudian.
Sudah bertumpuk kertas berhasil kau coreti, bila dikumpul pasti jadi sekeranjang buku. Mungkin beberapa didapat kesamaan isi, tapi rasa yang kau tinggal berbeda situasi. Tanpa sengaja kau mengoleksi, karena inginmu sampai pada dia yang tiada bisa kau jumpai.
Sebenarnya kau ragu mengalamatkan, sebab dua sisi yang kau miliki bercampur ke dalamnya. Khawatir dia tak suka bahkan marah, membuatmu mengurungkan dan menunda. Dalam benak, ingin kau perbaiki dan memikirkan kembali semacam ide cemerlang, supaya dia takjub. Namun semakin banyak kata tertulis, sebanyak itu pula kertas dihabiskan.
Di sebuah ruang tertutup, kau simpan tumpukan kertas itu bersama buku-buku yang lebih dulu kau curhati, mungkin kini mencapai lusinan. Bila disusun rapi, ada berbagai genre melengkapi koleksi. Sayang, diantaranya sudah terkoyak dan usang, sementara sebagiannya mulai ditumbuhi jamur, dan sisanya hanya hiasan semata.
Butuh waktu bagimu menyadari semuanya. Pengulangan akan membuatmu tertinggal pada masa lalu. Jutaan kata akan kembali di mana ia bermula. Hanya imaji berlarian sementara keraguan membelenggu. Terhadap dia, menjadi bayangan yang tersimpan bersama koleksi
buku. Dan berakhir sebagai kenangan.
Surat-suratmu menumpuk bagai buku,
terlanjur tersimpan dalam ruangan digembok. Tanpa bisa kau buka, sebab
kunci telah kau serahkan pada dia, yang kini tiada bisa kau jumpai lagi.