Nasi Gonjleng, Khasnya Cilegon

Jika di Timur Tengah ada Nasi Kebuli, maka Cilegon punya Nasi Gonjleng. Namanya yang terdengar unik membuatku penasaran untuk mencicipi, apalagi masakan ini biasanya tersaji hanya pada hari-hari besar, seperti Lebaran, Isra Mi'raj atau Maulid Nabi. Jadilah siang itu aku berangkat bersama seorang teman yang kebetulan hendak menuju ke Utara kota.


Secara umum, bumbu kedua menu ini sama-sama beraroma pala, pekak dan kapulaga. Rempah-rempah inilah yang tercium saat hidangan disajikan, dilengkapi dengan rabeg, acar, sambal dan emping. Cita rasanya yang sesuai dengan lidah, bumbu dan rempah menyatu dengan takaran pas bercampur dalam nasi, sehingga tidak ada istilah kata "eneg" atau "mblenger".

Selain aku, rupanya ada pengunjung lain dari Kebon Jeruk sengaja datang hanya untuk mencicipi salah satu kuliner khas Cilegon ini. Seorang laki-laki paruh baya bersama seorang mahasiswi S2, "Sedang berburu kuliner berkaitan dengan studinya," terang si bapak menunjuk perempuan di hadapannya.

Nasi Gonjleng memang terasa nikmat disantap siang hari, itulah barangkali yang membuat si bapak nambah satu porsi lagi. Nasi Gonjleng sendiri merujuk pada aktivitas yang dilakukan pada malam hari disertai acara masak dan makan rame-rame, kegiatan inilah yang disebut gegonjlengan.


Sedangkan lauknya berupa Rabeg, adalah Rabeg Sapi sehingga aku tidak keberatan untuk mencoba. Karena Rabeg biasanya terbuat dari daging kambing, kurang cocok dengan pencernaanku. Rabeg merupakan makanan yang dijadikan simbol bagi orang hajatan atau mengadakan pernikahan, oleh karena itu istilah "ditunggu rabegnya" akan mengarah kepada undangan pernikahan. Inilah pertanyaan yang kadang membuatku bingung memutuskan. 😅

Warung Nasi Gonjleng berlokasi tidak jauh dari Masjid Agung Cilegon, samping rumah dinas walikota - sebrang hotel Cilegon. Tempatnya sederhana seperti rumah makan biasa, tapi Nasi Gonjlengnya terasa istimewa. Selain Rabeg, ada juga Sate Bandeng, Sate Maranggi, Ikan dan Ayam Bakar, Sop/Soto, Pepes dan lainnya. Dengan harga terjangkau, tentu tidak mengecewakan. Terbukti telah berdiri selama 10 tahun, pelanggan pun hingga luar kota. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk tidak mencoba sambil menelusuri wisata lain yang belum kudatangi.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama