Sumber |
Suatu tempat 'tlah melibatkan kita secara kebetulan, meski bukan atas dasar keinginan akhirnya pun pertemuan selanjutnya tak terelakkan. Kali pertama kita ditempatkan dalam satu kumpulan. Puja-puji tentangmu meramaikan gendang telingaku, dalam ruang itu barangkali kaum hawa telah terhipnotis oleh paras dan perilakumu. Aku yang terlihat polos menurutmu, justru memaknai sebaliknya dan tak pernah berharap kamu menjadi pimpinan. Bukan karna ketidaksukaan atau hal lain, bahkan kita belum mengenal satu sama lain, sekedar pertemuan singkat tanpa introduction.
Di waktu tak terduga, ada ketidakberuntunganku yang akhirnya mendekatkan denganmu. Kecanggungan memang kuhadapi, hanya berani ketika ramai kumpul semua. Menyambung terkaan dan perumpamaan membuat percakapan berkelanjutan, terjadilah tarikan senyum mengembang kemudian gelak tawa. Aku yang tak bisa membedakan antara serius dan bercanda, justru sering dijadikan objek yang menggoda bagimu.
Beberapa kesulitan yang aku hadapi, kamu bantu walau disertai sedikit sunggingan senyum. Tak bisa kumaknai. Selanjutnya kamu dan aku tidak perlu jaim-jaiman, hari ke hari saling bertegur sapa melempar senyuman. Lontar kata dan guyonan menjadi saat dinantikan, kala pikiran terkuras tugas. Di situlah terkadang otak usilmu bekerja, tapi mimik marahku malah membuatmu semakin bertingkah, membangkitkan sorak gembira.
Perlahan tapi terlihat jelas, kamu seakan menarikku ke dalam narasi ciptaanmu, dengan akhir menyedihkan kamu kaitkan kebiasaan yang kulakukan. Kata serta gaya sengaja kamu tujukan kepadaku meski tanpa diminta, dengan posisi badan serta sorot mata dihadapkan ke arahku. Tingkahmu membuat hatiku tak menentu, membekas ragu.
Di sisi lain kita terlanjur berbagi
susah dan impian, coklat pun menjadi simbol pertemanan. Banyak rasa mewarnai cerita, pengalaman luar biasa tak terbayangkan sebelumnya. Ketika puncak
rasa dan harapan berbaur tak bisa kubedakan, tujuan ataukah
keinginan, keraguanku semakin tebal seiring cahayamu yang berpencar. Aku dan kamu pun hanya meneruskan kebiasaan.
Entah harus kuartikan apa perasaan yang ada. Dan, semakin jarak tak bisa kita ukur jauhnya maka waktu pun terasa sulit terpangkas keadaan. Tak ingin kupaksakan kisah kita lanjutkan atau mulai lembaran sebaliknya. Terlepas dari apa dan mengapa kita berpisah, kenangan tetap melekat sebagai tanda cinta. Apalagi berbagai kata, benda serta rasa sudah kamu serahkan dalam bentuk yang aku saja dapat melihatnya.
Ada pesan cinta kutemui melalui kisah kita. Kala hari nampak suram maupun menggairahkan, semuanya akan berganti dan bergilir layaknya pergantian siang malam. Tiada bisa kita hentikan waktu sekarang, hanya perlu hadapi dengan hati sabar. Dibutuhkan keikhlasan untuk mengontrol kesulitan diri, mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi.
Biarlah sunyi malam menjadi pendengar setia, menyerap segala curah rasa dan pengalaman sehingga dinding langit akan bergetar menyaksikan. Semogalah sajadah juga mampu menampung berat beban oleh air mata, sehingga akanlah menghangatkan kebekuan dan mengembalikan sebagaimana fitrah manusia.
Dan, kenangan juga bagian dari ujian. Bukan tentang melupakan atau membiarkannya pergi, untuk kemudian diikhlaskan. Kenangan merupakan bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan, menjadi ingatan akan keistimewaan diri. Di sanalah kita bermula, berproses dan bertumbuh hingga sekarang melalui pengalaman terdahulu. Kita diuji oleh kenangan manis dan menyakitkan, tapi dari sanalah cinta ada. Walau kadang pesannya tersirat dan terselubung melalui perantara, mestilah ada ayat-Nya hendak mendamaikan.
Entah harus kuartikan apa perasaan yang ada. Dan, semakin jarak tak bisa kita ukur jauhnya maka waktu pun terasa sulit terpangkas keadaan. Tak ingin kupaksakan kisah kita lanjutkan atau mulai lembaran sebaliknya. Terlepas dari apa dan mengapa kita berpisah, kenangan tetap melekat sebagai tanda cinta. Apalagi berbagai kata, benda serta rasa sudah kamu serahkan dalam bentuk yang aku saja dapat melihatnya.
Ada pesan cinta kutemui melalui kisah kita. Kala hari nampak suram maupun menggairahkan, semuanya akan berganti dan bergilir layaknya pergantian siang malam. Tiada bisa kita hentikan waktu sekarang, hanya perlu hadapi dengan hati sabar. Dibutuhkan keikhlasan untuk mengontrol kesulitan diri, mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi.
Biarlah sunyi malam menjadi pendengar setia, menyerap segala curah rasa dan pengalaman sehingga dinding langit akan bergetar menyaksikan. Semogalah sajadah juga mampu menampung berat beban oleh air mata, sehingga akanlah menghangatkan kebekuan dan mengembalikan sebagaimana fitrah manusia.
Dan, kenangan juga bagian dari ujian. Bukan tentang melupakan atau membiarkannya pergi, untuk kemudian diikhlaskan. Kenangan merupakan bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan, menjadi ingatan akan keistimewaan diri. Di sanalah kita bermula, berproses dan bertumbuh hingga sekarang melalui pengalaman terdahulu. Kita diuji oleh kenangan manis dan menyakitkan, tapi dari sanalah cinta ada. Walau kadang pesannya tersirat dan terselubung melalui perantara, mestilah ada ayat-Nya hendak mendamaikan.