Sumber dari sini |
16 siswa MA. Al-Khairiyah melaksanakan perpisahan di akhir Maret 2022, usai Ujian Praktek dan Ujian Madrasah Tulis Mandiri (UMTM) dilaksanakan sehari sebelumnya. Sementara Ujian Madrasah Berbasis Komputer (UMBK) terjadwal mulai 6 hari kemudian.
Tidak sedikit orang tua siswa menyatakan keberatan terhadap keputusan itu, meski akhirnya harus dengan damai menerima berbagai argumen yang dipaparkan oleh ibu kepala. Hanya seorang siswa berhalangan hadir setelah orang tuanya bersitegang, mengenai waktu serta biaya perpisahan.
Sama seperti dua angkatan sebelumnya, tempat pelaksanaan di Hotel Mambruk Anyer yang membutuhkan waktu sekira 40 menit dari sekolah, dengan jarak 22 kilometer. Berkendara mobil pribadi, jalan dilalui amat lancar menuju hotel hingga memasuki area parkir sebuah bangunan bertuliskan "Lighthouse".
Dokpri |
Semua siswa telah berbalut baju toga ketika sampai lokasi, tanpa pendampingan dari orang tua ataupun sanak saudara sebab keterbatasan dana. Hanya beberapa guru beserta adik kelas 10 dan 11, turut mengisi hiburan selama kegiatan berlangsung. Dari raut wajah mereka yang terlihat biasa, saya iseng bertanya perihal perasaan mereka.
"Masih belum tenang tau, Bu. Setelah ini ada ujian lagi, jadi nggak berasa wisuda," komentar Via saat bertemu di toilet.
Mendengar keluh kesah mereka, para guru hanya bisa menyemangati dan menenangkan. Yakini saja bahwa setiap kebijakan pasti mempunyai tujuan baik, walau kadang berbeda pemahaman. Entah sebab menjelang puasa dan lebaran, akan sulit lagi menyesuaikan jadwal atau hal lain yang barangkali lebih cepat lebih baik.
Perpisahan kali ini bertema "Mencetak Alumni yang Unggul dalam Kompetensi dan Berakhlakul Karimah", baru mulai pembukaan setelah 2 jam menunggu persiapan. Beruntungnya, tempat aula hotel yang terbuka berhadapan langsung dengan pantai, membuat angin sepoi berembus menyejukkan situasi. Suara debur ombak yang bergulung-gulung hingga terhempas di batuan karang menguarkan aroma asin laut, menjadi hiburan tersendiri untuk menenangkan pikiran.
Tibalah sang pimpinan menyampaikan sambutannya, "Bagi saya, pengalaman hidup saya, yang mengantarkan seseorang bermartabat, yang mengantarkan seseorang sukses dunia akhirat, itu adalah dengan akhlak," ujarnya penuh percaya diri.
Dia pun berpesan kepada para wisudawan/wati bahwa kunci sukses dunia akhirat adalah menghormati serta memuliakan guru. Sebab jasa para guru turut berperan dalam mencapai kesuksesan anak didiknya. Dia berharap, semua ilmu dari pondok maupun madrasah dapat benar-benar melekat dalam jiwa para siswa dan menjadi pribadi sholeh sholehah.
"Kalian nanti saya izinkan pulang, menjelang satu minggu lagi lebaran dan boleh tidak balik lagi ke pondok, tinggal menunggu pengumuman kelulusan," ikrarnya selaku kepala madrasah sekaligus salah satu pengurus pondok.
Sementara perwakilan dari siswa yang berwisuda yaitu Kholilah, salah satu siswa berprestasi menyampaikan, "Apapun jalan hidup yang kami pilih, yakinlah bahwa kami alumni MA. Al-Khairiyah akan membuktikan bahwa suatu saat nanti kami akan mengharumkan almamater ini. Kami akan tunjukkan bahwa kami semua bangga pernah menjadi bagian dari sekolah ini, sebab di sinilah mimpi dan harapan kami muncul. Di sinilah tempat di mana semua kenangan putih abu-abu, baik suka dan duka yang telah kita lalui bersama, akan menjadi sepenggal kenangan di masa depan yang akan kita rindukan di suatu saat nanti." ujarnya meyakinkan diri.
Setelah mendengarkan dua sambutan dengan penuh ketenangan, cenderung kaku dari masing-masing pihak. Ada rasa lega, sebab situasi kembali ke mode biasa begitu acara berlanjut ke prosesi pemakaian kalung medali bagi siswa yang berwisuda. Dengan jumlah siswa yang ada, durasi pun berlangsung singkat dan cepat. Lalu sesi foto-fotolah mengabadikan kebersamaan guru-guru beserta siswa wisudawan/wati, sebagai bukti di masa mendatang.
Kalau boleh jujur, tidak ada yang lebih istimewa selain kekompakan kami untuk saling menghibur diri. Setiap tahun akan selalu ada pelepasan siswa yang telah menyelesaikan tiga tahun masa pembelajarannya, lalu mereka akan menghilang perlahan dari peredaran semula. Akhirnya, yang datang ketika perlu dan pergi apabila usai urusan, merupakan siklus yang berlangsung dalam lingkungan tempat berada. Entah meninggalkan atau ditinggalkan, menjadi sebuah keputusan tak terelakkan. Setali tiga uang datang perginya siswa, pergantian guru pun terjadi bongkar pasang bagai puzzle dalam waktu tak terduga.
Dokpri |
Bagiku, amatlah berat melepas kepergian rekanan kerja. Kedekatan serta kenyamanan tentulah berbeda. Walaupun tiada senioritas, jalinan keakraban memiliki tingkat frekuensi berbeda. Barangkali siswa pun merasakan hal serupa, turut sedih ketika terjadi perpisahan dengan kawan serta guru yang terlanjur lekat.
Kusadari, setiap kebersamaan kami mesti dijaga dengan baik, mengisinya penuh kehangatan serta kompak untuk saling membantu menyelesaikan apapun masalah yang dihadapi. Jika harus ada yang pergi, setidaknya kita hanya akan mengingat hal indahnya tanpa beban.
Dokpri |