Lantai teras itu kotor berselimut cairan
putih menyerupai lendir, suwiran ayam tercecer membubuhi, dan tak jauh
dari situ duduk seorang anak mengepalkan tangan kanan memegang sendok.
Sekali dua kali dicelupkan sendok ke dalam mangkok di tangan satunya,
lalu dijulurkan ke mulutnya untuk dilumat. Namun, beberapa kali
dicipratkan pula sendok berisi ayam ke sembarang arah, hingga mengenai
baju sendiri. Meski begitu, si anak tampak tidak peduli dengan lebih
fokus menikmati sarapan bahkan wajahnya berlumuran bubur yang sedari
tadi disantap. Tidak ada seorang berhasil menghentikan ulahnya, bubur itu lebih banyak dihamburkan ketimbang masuk dalam perut.
Najma,
anak perempuan ini sulit makan dan selalu ingin menguasai makanannya
sendiri. Makanan yang ingin dimakan, akan direbut atau ia pilih ngambek
bila tak diberikan. Usianya baru 17 bulan, amat menyukai cokelat dan
roti, merupakan anak sekaligus cucu pertama. Melalui pengawasan,
keluarga Najma membiarkan makan dengan tangan sendiri, resiko
harus belepotan dan mengotori sekitar barangkali itu lebih baik dari pada balita itu tidak makan sama sekali.
"Biasa
untuk merayunya makan, perlu diajak bermain sambil diobrolin, dengan
penuh kesabaran sesuap demi suapan makanan akan ditelannya. Sayangnya,
butuh banyak waktu kalau menemaninya main sementara banyak urusan rumah
yang harus diselesaikan." Ungkap sang nenek sembari mengarahkan tangan anak itu menyendokkan bubur ayam.
Sejak
usia 6 bulan, Najma lebih sering
diberi bubur sayur dan buah ketimbang bubur nasi atau sejenisnya, dengan
maksud agar ia menyukai sayuran ketika dewasa nanti. Seiring
pertumbuhannya, ia lebih menyukai makanan manis dan sangat jarang makan
nasi hingga usianya sekarang. Dalam satu porsi makan, sangat ajaib bila
dapat dihabiskan tanpa ada yang dikeluarkannya lagi. Kedua orang tuaya
adalah pegawai pemerintahan, yang tidak selalu ada untuk menemani si
anak, tapi jelas tahu akan kebiasaan itu. Demikian, mereka tetap tidak
bisa berbuat banyak selain mencoba cara berbeda menutrisinya.
Sulit menghadapi anak susah
makan, yang pemilih dalam makanan, sudah umum ditemui dan banyak pula
tips beserta trik untuk mengatasi masalah itu. Namun setiap teori tidak
berarti tanpa praktek, terutama bagi pemula yang selalu usaha melakukan
berbagai cara agar si anak mau makan sehingga apa pun saran ahli dan
pengalaman orang lain merupakan harapan menemukan solusi untuk kemudian
diuji.
Setiap hari, setiap waktu, perlu
dilakukan metode dan asupan mengandung kreativitas dalam memberi makan
kepada buah hati, agar ia tidak bosan dan tertarik dengan sesuatu baru
ditemuinya. Begitulah kira-kira strategi yang disimpulkan. Tetapi, sama
seperti orang dewasa, anak pun akan menolak terhadap apa pun yang tidak
disukainya termasuk makanan, sehingga orang tua tidak bisa memaksa agar
ia memakannya.
Pernah
suatu saat, saudara-saudara pantaran Najma berlibur ke rumah dan
menjadikanya sangat gembira. Seketika ia bisa makan nasi dengan tenang
dan teratur, sembari ditemani bermain bersama mereka. Sayang, kedatangan
ketiga saudaranya cuma sepekan, setelah itu Najma kembali pada
kebiasaan lamanya (sulit makan). Variasi makanan yang diberikan selalu
gagal di tengah jalan, setelah lima suapan kecil berhasil ditelan maka
selanjutnya akan dipalingkan muka atau dikeluarkan kembali makanan yang
terlanjur dalam mulutnya. Banyak pancing tidak termakan umpan. Dalam satu hari maksimal dua kali ia makan nasi dengan banyak sisa tertinggal di piring. Meskipun sang Bunda menyuapi sambil berkeliling jalan, cuma beberapa suap berhasil masuk mulut si anak.
Kejadian
ini hampir sama sewaktu usianya di bawah satu tahun. Najma tidak suka
air putih akibat terlalu seringnya diberi air kelapa dan air jeruk, yang
dianggap bisa mengganti peran air putih. Walaupun bermaksud baik, ternyata ada pengaruh lain tidak diketahui. Akibat tidak ada atau
minimnya asupan air putih, proses pencernaannya terganggu dan kesulitan
dalam B.A.B.
Mengetahui
dampak yang ditimbulkan, sang nenek mencoba sedikit demi sedikit dengan
penuh kesabaran menyuapi air putih untuk cucu semata wayang. Lambat
laun, Najma jadi terbiasa dan mulai menyukai air putih sehingga sakit
buang air tidak lagi ditangisinya.
Menjadi
orang tua pemula kadang membuat diri lupa bahwa setiap tumbuh kembang
anak butuh perlakuan mendidik dalam prosesnya, juga asupan atau segala
yang diberikan tentu ada tahapan dan takaran terbatas semasa
diserapnya. Perlakuan yang terlalu memanjakan anak termasuk kurang mendidik, alhasil anak menjadi manja dan bertindak sesuai keinginannya.
Kebiasaan
orang tua dan orang terdekat akan berpengaruh pula terhadap diri si
anak, apa yang diajarkan, didengar, dilihat, serta diberikan, dengan
mudah dapat ditiru dan diterapnya. Jadi, kehati-hatian ketika melakukan
atau mengatakan sesuatu di hadapan anak perlu juga disadari.
Saya ingat petuah mengatakan, "Dilarang mengatakan hal yang bersifat negatif kepada anak, seperti kata : jangan dan tidak." Benar saja, itu berlaku ketika melarang anak atau seseorang untuk berbuat sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka bukan dihindari justru ia akan (nekad) melakukannya karena penasaran.
Begitu pula Najma, semakin dilarang maka keinginannya melakukan akan
bertambah dan berbuat sesuka hati dengan perasaan kesal. Mengetahui
setiap larangan menimbulkan kesan buruk, dengan cara mengalihkan
perhatiannyalah bisa dicegah, memperlihatkan sesuatu yang baru atau
yang ia senangi. Barangkali, sulitnya ia makan dipengaruhi salah satunya
oleh ucapan (yang memvonisnya) 'tidak doyan makan'.
Selain
itu, perlu mengenali apa yang disukai dan tidak disukai anak, serta
mengetahui kebiasaan dan karakter anak dapat membantu orang tua memahami
anak. Anak mungkin tidak tahu apa yang kita katakan, tetapi ia mampu
mencerna perkataan itu, bisa merasakan emosi yang ada, dan bisa
menirunya.
Kedua anakku jg susah makan... malah baru kenal nasi di usia 3 thn...mmg butuh kesabaran ekstra selain jg rajin n cermat mempersiapkn mknan dg gizi yg seimbang...
BalasHapusemang kbanyakan anak2 susah makan ya... :)
HapusApa mau numbuh gigi
BalasHapusGk tau jg, tp wkt ama pengasuhnya dulu nurut bgt kata Ibunya..
HapusAnak2 bisa juga membingungkan. Kalau dibilang "jangan" atau "tidak" malah langsung dicoba. Tapi kalo tidak langsung dilarang, dianggap tidak ada larang ya teteup dicoba juga hehehe. Butuh jurus2 komunikasi yang kreatif dan efektif. Saya masih sering gagal ... masih harus banyak belajar :)
BalasHapusSaya jg bingung ngadepinnya... XD
HapusPeer banget memang membiasakan diri enggak ngomong "jangan dan tidak" sama anak :)
BalasHapusbeda sama Najma, anak saya Rumi dan Bumi malah doyan makan dan sulit dihentikan. Hampir semua makannay disuka. yg tradisional atau modern, ga ada pantangan.
BalasHapusYang penting sehat Mbak...
Wah, seneng ya liat anak2 yg doyan makan. Alhamdulillah Najma sehat, tp skrang beratnya susut.. :(
Hapusbiasanya sih kalau susah makan gitu lagi mau numbuh gigi atau emang badannya lagi ga enak alias lagi sakit gitu ..
BalasHapus