Kisah Mars Yang Bersinar di Mata Venus

Tiga pucuk undangan mampir ke tempatku bekerja, yang ditujukan untuk kepala sekolah, dewan guru dan siswa-siswi. Semula tidak kuperhatikan detail cover undangan yang kami terima pagi tadi. Sekilas hanya terlihat tulisan "Undangan" dan "VVIP" bertinta emas, kukira undangan pernikahan atau semacam workshop. Di bagian bawahnya tercantum nama "Mars" yang juga ditulis dengan tinta emas, sedangkan tulisan lainnya kuanggap penghias karena tidak terlalu mencolok.


Membaca nama Mars yang tercantum, mengingatkanku pada sebuah buku berjudul "Men are from Mars and Women are from Venus". Lalu, apakah undangannya berkaitan dengan rahasia lelaki ? Tapi gambar yang ditampilan sosok perempuan mengenakan setelan toga, sebagai baju kebesaran seorang sarjana. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata undangan itu untuk menghadiri gala premiere film Mars.

Berlatar di sebuah pedesaan Gunung Kidul berlahan tandus dan kering, hidup seorang anak bernama Sekar Palupi yang tinggal bersama ayah dan ibunya. Kekeringan tersebut mengakibatkan mayoritas penduduk setempat hidup dalam garis kemiskinan. Namun, karena keinginan kuat untuk melihat anak semata wayang bisa sekolah setinggi-tingginya, keluarga Sekar tidak mau pasrah begitu saja. Walaupun jalan yang ditempuh amatlah sulit berliku, hingga terpaksa merelakan sang ayah bekerja di luar kota.
Di tengah kerasnya sang ayah membanting tulang sebagai buruh angkut batu, terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan Sekar hidup menjadi yatim. Sementara Tupon, sang ibu demi mewujudkan cita-cita bersama suami tercinta, berusaha tegar dan berjuang sekuat tenaga agar Sekar tidak putus sekolah. Ditanamkannya sedari dini pada Sekar tentang arti penting pendidikan, bahwa semua keinginan bisa diraih melalui pendidikan.

Beragam ujian dan kesuitan harus dihadapi dengan bermacam rintangan, tetap tidak menyurutkan niat Tupon. Tekadnya sudah bulat, tujuannya sudah jelas dan semangatnya terus menyala, menginginkan Sekar berhasil dalam pendidikannya. Tupon berharap agar sang anak bisa bersinar seperti bintang di langit, dengan cahaya paling terang mengalahkan bintang lainnya. Tupon menyebut bintangnya sebagai lintang lancip yaitu bintang yang cerdas. Lintang lancip ternyata merupakan planet Mars, yang dijadikan judul film ini.

showbiz.liputan6.com
Perjuangan dan pengorbanan sang ibu yang diperankan oleh Kinaryosih, sanggup menyentuh sisi kemanusiaan kita. Menyadarkan betapa besar kasih sayang orang tua dan begitu banyak hal yang sanggup mereka lakukan, demi sang anak. Sesuatu yang dianggap sepele bisa jadi menyulitkan bagi orang lain, seperti yang dialami Tupon sewaktu mendaftarkan Sekar ke SD impiannya. Ia harus rela bolak-balik sekolah hanya untuk memenuhi syarat pendaftaran dan tetap bersabar meski ditolak kemudian. 
Tupon, meski buta huruf tetapi sangat memahami betapa pentingnya pendidikan, untuk meraih masa depan yang lebih baik. Tupon tidak ingin sang anak mengalami nasib serupa dirinya, tidak bisa membaca dan tidak mempunyai pekerjaan tetap. Akhirnya, walaupun Tupon dan Sekar adalah dua orang perempuan yang hendak menggapai Mars, mereka pun membuktikan kalau pendidikan milik semua orang. Pendidikan tidak mengenal jenis kelamin ataupun status sosial.
Melalui film persembahan Hari Pendidikan Nasional ini, kita seperti diingatkan bahwa pendidikan layak diperjuangkan. Semoga ke depannya, kita bisa lebih menghormati orang tua yang telah bekerja keras untuk pendidikan anak-anaknya dan lebih menghargai ilmu yang diperoleh.
Judul Film : MARS (Mimpi Ananda Raih Semesta)
Genre       : Drama
Sutradara  : Sahrul Gibran
Produksi   : Multi Buana Kreasindo
Based on The Best Selling Novel : Aishworo Ang
Pemain     :
Kinaryosih
Acha Septriasa
Cholidi Asadil A.
Teuku Rifnu Wikana

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama