Waspada, Ketika Proxy War Mengancam Indonesia

 
Indonesia memiliki kekayaan tak terhingga banyaknya, baik dari sumber daya alamnya maupun keberagaman budayanya. Dari kemajemukan tersebut, masing-masing mempunyai ciri khas dan keunikan yang menyimpan daya tarik tersendiri.

Mulai dari Sabang hingga Merauke berupa gugusan kepulauan, di mana antar daerah satu dengan lainnya terdapat suku bangsa, tradisi, agama, bahkan bahasa yang berbeda. Tentu hal itu patut dibanggakan, karena dari perbedaan-pebedaan yang ada kita menjadi lebih banyak bersyukur. Dengan adanya perbedaan, kita mengenal keanekaragaman dan akan terasa indah bila dapat diambil sisi baiknya saja. 

Meski terpisah pulau, Indonesia tetaplah satu, bangsa, bahasa, dan tanah air. Tidak mengenal Jawa atau Papua, apa pun agamanya, kita sama-sama Indonesia yang disatukan oleh negara dan terpatri kuat melalui sumpah pemuda.


Banyak potensi yang kita miliki, keunggulan dan kekuatan yang belum tergali. Jika semua bergabung, seluruh rakyat Indonesia bersatu kembali, tentulah kita menjadi kuat dan lebih maju dari negara-negara tetangga. Sebagaimana sewaktu dikobarkan oleh Dr. Soetomo, guna menggerakan Kebangkitan Nasional hingga para penerus bangsa bisa bersatu dan terciptanya kemerdekaan.

Kini, setelah 70 tahun Indonesia dinyatakan merdeka, masih juga terlihat konflik di mana-mana. Entah itu dari kalangan pelajar yang tawuran, pertentangan antar suku, perbedaan keyakinan hingga perbedaan pendapat menjadi alasan bermusuhan. Sungguh disayangkan, bila hanya karena tidak mempunyai pandangan yang sama menimbulkan salah persepsi dan sengketa.

Menurut Letkol. Inf. Aji Mimbarno, dalam seminarnya pada hari Rabu, 01 Juni 2016 di Al-Khairiyah Citangkil, "Konflik yang terjadi saat ini bagian dari proxy war dan harus kita waspadai keberadaannya." Mengintip wikipedia, Proxy War adalah perang yang terjadi ketika lawan kekuatan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Biasanya proxy war timbul akibat adanya disinformasi, fitnah, penyesatan, provokasi, pengalihan isu, dan pembunuhan karakter. 

Dari isu-isu yang beredar itulah memunculkan berbagai pendapat, pro dan kontra. Kadang tanpa diselidiki sumber tepercaya dulu, main hakim sendiri tidak memikirkan akibatnya, beraksi menanggalkan akal. Jika demikian, maka akan mudahlah untuk saling mencurigai, meruntuhkan nasionalisme, melupakan makna pancasila, dan delegitimasi pemerintah.

Betapa banyak kerugian yang ditinggalkan dari kejadian proxy war; kerusakan publik, kehilangan harta benda, penderitaan, sampai kematian. Dan setelahnya pun perdamaian belum tentu tercipta, justru memunculkan persoalan baru dan memperpanjang permusuhan. Menyaksikan kerusakan di mana-mana, melukai satu sama lain, hingga merendahkan sesama, membuatku sedih dan kecewa. Bukankah kita sama-sama orang Indonesia? Siapa yang tidak terluka melihat negara dan tanah airnya porak-poranda, rusak oleh ulah orang sendiri?

Padahal perjuangan dan pengorbanan para pahlawan sewaktu ingin membebaskan Indonesia dari penjajahan, amatlah berat nan sulit. Segala luka dan derita sanggup ditanggung, demi anak cucunya kelak hidup aman dan terteram. Tidak rela rasanya jika harus membuat perjuangan para pahlawan kita menjadi sia-sia. Bukankah masih ada pancasila yang mengokohkan kita? menolak diskriminasi serta menjunjung tinggi kehidupan yang adil dan beradab. 


www.artikelsiana.com

"Pancasila adalah the best system, bahkan orang asing mengakui kehebatannya. Mulai dari sila pertama sampai sila kelima, menjadi acuan setiap pengambilan keputusan," ungkap Letkol Aji selaku Komandan Kodim Cilegon dengan rasa bangga.

Kawan, sebagai pemuda harapan bangsa seharusnyalah kita bersatu menjaga dan melestarikan Indonesia, termasuk kehidupan yang ada di dalamnya. Ancaman proxy war dapat ditangkal dengan pikiran jernih, bijak, kritis terhadap hal-hal yang aneh, serta tidak mudah terpengaruh budaya asing maupun arus globalisasi. Marilah saling mengingatkan, bahwa segala kesalahan terletak pada perbuatannya bukan orangnya. Sehingga dapat bersama-sama memperbaiki dan menyelesaikannya secara musyawarah. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sebisa mungkin dijaga dan menjadi pedoman kita dalam hidup di tengah keberagaman. 



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama