Tubuh
selalu bisa mendeteksi sesuatu yang diingini diri, bagai mesin
pengingat ia menyampaikan pesan tersirat serupa isyarat. Butuh kepekaan
untuk mengetahui apa sesungguhnya dimaksudkan. Siang itu pun terjadi
petanda, kala celoteh mulai menyimpang, gerutu sahut menyahut tak keruan
hingga lelah seolah terbakar bersama panasnya matahari. Namun sebelum
mencapai klimaks, kami langsung menyadari keadaan dengan mendengarkan
alarm yang dikirim perut untuk segera diisi.
Demi
mendinginkan pikiran dan menyatukan keinginan, maka restoran dengan
nuansa asri khas sunda dipilih sebagai tempat persinggahan. Tepatnya di
Saung Grogol, letaknya pinggir jalan, cukup dekat dengan Damkar Cilegon.
Sekilas terlihat seperti rumah bertingkat dengan pintu pagar dijaga
seorang security, apalagi papan reklame berlomba tinggi dengan pepohonan, sehingga harus lebih teliti melihat tulisannya.
|
tampak dari dalam pagar |
Memasuki
pintu restoran saya dan teman-teman disambut langsung oleh tanaman hias yang tersusun
di rak, dijadikan sebagai sekat sebelum menuju tempat makan. Langkah
kaki tak mau berhenti di ruang utama yang berkonsep keluarga dan atas
nama kebersamaan sengaja memilih saung untuk lesehan, meski letaknya
sedikit ke dalam.
Sambil menunggu pesanan datang dan teman lainnya
menyusul, ayunan dekat saung pun menjadi kesenangan tersendiri. Sekedar
menikmati suasana di depan mata, meski dalam lubuk hati pengen ada yang
menemani. 😂
| | |
nunggu pasangan nih ayunannya 😂 |
|
Udah pewe |
Untungnya keadaan
baper tidak berlangsung lama, karena bakwan jagung
disajikan ke meja kami sebagai menu pembuka. Oleh sebab dorongan mulut
untuk makan sesuatu, tanpa perlu komando bakwan langsung berpindah ke
perut masing-masing diseling segelas es jeruk. Tapi anehnya masih saja terasa
ruang kosong lain dalam perut, hingga akhirnya nasi menjadi
satu-satunya makanan yang dirindukan.
Empat panci
kastrol berisi nasi liwet datang bergantian dengan lauk-pauk pesanan
kami, serta merta senyum lebar diberikan menyambut para pramusaji seraya
mengucapkan
"terima kasih."
|
Nasi Liwet |
Tibalah penantian terbayar dengan puasnya, bahkan nasi liwet yang terdiri dari campuran nasi dengan
bumbu bawang, cabai dan rempah lainnya, ditambah teri medan terasa mengenyangkan meski sedikit saja. Apalagi nutrisi terpenuhi dari hidangan ikan dan sayuran.
|
Gurame manis pedas |
|
Gurame asam manis |
Gurame bakar, urap & karedok |
|
Tim Ikan Peda |
Gurame-lah difavoritkan. Kandungan proteinnya
yang tinggi tentu baik bagi otak maupun tubuh, dapat mengembalikan stamina dan
sistem saraf yang sempat terkuras. Apalagi ukuran ikan gurame lebih besar
dibanding ikan biasa kita konsumsi, beratnya lebih dari satu kilogram per ekor
sudah cukup memenuhi asupan 3-4 orang. Gurame manis pedas dan gurame asam
manis, sekilas tampak tak berbeda karena keduanya sama-sama digoreng tepung dengan
siraman kuah kental di atasnya. Namun, toping dan rasanya ternyata mempunyai
kekhasan tersendiri. Jika gurame manis pedas disiram bumbu yang terdapat irisan
wortel, mentimun, bawang bombay dan cabai merah besar, bercita rasa pedas
gurih. Sementara gurame asam manis disiram dengan irisan nanas, bawang bombay
dan paprika hijau, yang memiliki rasa manis segar.
|
sambal mangga |
Menu lainnya ada gurame bakar dengan sambal kecap,
tim peda dengan irisan bawang dan cabai, sayurannya ; karedok, urap serta sambal mangga,
turut memenuhi meja panjang kami. Semua hidangan menggugah selera, disantap tanpa terburu waktu sambil menciptakan kehangatan layaknya sebuah
keluarga.
Setelah memastikan semua makanan telah dicerna sempurna, tubuh sudah terisi daya hingga tiada lagi ucapan
ngaco, kami pun setuju menyudahi acara makan siang kali ini. Sinar surya seolah melambai gembira seiring kepergian kami meninggalkan saung, membentuk seberkas harap di sela-sela senyum kepuasan,
"Semoga kebersamaan selalu terjaga waktu, meski keadaan akan di luar dugaan."