Lebaran sebentar lagi, tanpa terasa Ramadhan akan kita tinggalkan, setelah sebulan lamanya berpuasa. Seluruh umat Islam menyambut Hari Raya Idul Fitri penuh suka cita, dari berbagai penjuru dunia merayakan dengan tradisi yang beraneka. Budaya saat lebaran tentu memiliki keunikan serta keistimewaan tersendiri, sebab tidak setiap waktu bisa dilakukan dan saksikan.
Tradisi yang lumrah terjadi saat lebaran tiba, sebut saja seperti mudik, THR, baju lebaran, dan halal bihalal. Hampir setiap orang menantikannya, yang lekat ada saat lebaran tiba, setahun sekali. Sementara, tradisi setiap orang barangkali berbeda karena mengikuti kebiasaan di lingkungan tempat ia tinggal.
Di daerahku sendiri, di malam lebaran akan terdengar bunyi petasan atau kembang api dinyalakan, bersahutan dengan takbir dan bedug yang dibunyikan dari masjid. Terkadang akan ada takbir keliling dengan mobil konvoi. Saat itu, malam terasa hidup dan penuh warna, seakan enggan datang pagi. Sedangkan di rumah, orang-orang sibuk menata kue atau menyiapkan baju dan mukena untuk esok dikenakan shalat Ied.
Semakin larut, takbir terdengar lebih syahdu dan khidmat mengantarkan warga lelap dalam tidurnya. Ketika subuh datang membangunkan, dari pengeras suara di masjid, seseorang memberikan pengumuman perihal waktu pelaksanaan shalat Ied. Berbondong-bondong warga memadati pelataran masjid sambil turut menyerukan takbir, sesuai yang diperdengarkan melalui pengeras suara.
Halal bihalal |
Usai shalat Ied, para jama'ah mulai berbaris untuk saling bersalam-salaman dan bermaaf-maafan diiringi lantunan shalawat. Orang-orang seakan larut dalam suasana suka cita, berharap diri dapat kembali fitri (suci seperti baru dilahirkan, tanpa noda), peluk cium dilakukan pada orang terdekat. Semua berbaur hendak meleburkan salah dan khilaf yang dipunya, baik kenal atau tidak, tetap bersalaman saling memaafkan.
Sepulang dari masjid, keluarga dekat berkunjung silaturahim untuk saling bermaafan. Memang tidak ada tradisi sungkem-sungkeman di keluargaku, tapi cium tangan menjadi hal yang tidak pernah bisa ditinggalkan. Dilanjutkan dengan menyantap bongko dan sayur kulit melinjo buatan ibu, salah satu yang difavoritkan saat lebaran. Bongko yang dibungkus dengan daun pisang seperti lontong, terbuat dari beras, bentuknya persegi, dimasak seperti ketupat, memiliki cita rasa pulen dan sedikit gurih.
Setelah perut dirasa cukup terisi, acara halal bihalal dengan tetangga diteruskan kembali. Berkeliling berjalan kaki bertamu dari rumah ke rumah, mendatangi tetangga yang kiranya tadi tidak bertemu di masjid.
Tradisi paling wajib, yang 'kudu' dilakukan yaitu ziarah kubur. Menunggu keluarga besar dari ibu berkumpul, kemudian menziarahi makam kakek dan nenek, mengirimkan do'a-do'a supaya mereka tidak tersiksa di alam sana. Tradisi inilah yang membuat kami sekeluarga tetap bisa berkumpul, menyempatkan diri menyinggahi makam keluarga yang sudah tiada.
Ajang kumpul di moment lebaran, kerap juga diwarnai dengan saling berbagi angpao kepada ponakan-ponakan yang belum bekerja, saling memberikan kue atau hadiah, serta saling berbagi cerita dan mendoakan kesuksesan masing-masing. Inilah keseruan yang terjadi di hari lebaran, tradisi yang berlangsung dari generasi ke generasi.
#Day_25
#30HariKebaikanBPN
mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
BalasHapusBONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.